Selamat datang di Website SMP Negeri 1 Weru Sukoharjo, Sekolah Standar Nasional. VISI : Terwujudnya Lulusan Yang Berprofil Pelajar Pancasila, Cakap Dalam Literasi Dan Numerasi Serta Berwawasan Lingkungan.


21 Juni 2020

Sekolah Ramah Anak (SRA)

Sadarkah kita (orang tua), bahwa setelah lingkungan rumah, sekolah merupakan lingkungan yang amat penting bagi perkembangan Anak? Mereka menghabiskan waktu di tempat ini dalam jangka waktu yang cukup lama. Dari pagi, kadang hingga menjelang petang, akibat kegiatan ekstrakurikuler yang menyita waktu. Itu artinya, lingkungan sekolah bisa jadi merupakan rumah kedua bagi Anak.

Oleh sebab itu, kita harus memastikan bahwa anak senang dan nyaman melakukan kegiatan belajar di sekolah. Untuk mendukung hal ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan dan program terkait Sekolah Ramah Anak atau SRA. Apa itu SRA? Saya akan mencoba menjabarkannya kepada kita semua.

Sekolah Ramah Anak atau SRA adalah program yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Indonesia. Kebijakan ini dilansir oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA).

Menurut lembaran Panduan Sekolah Ramah Anak  yang penyusunannya telah melibatkan 12 kementerian, badan, serta yayasan terkait kesejahteraan anak, tujuan disusunnya Kebijakan SRA adalah untuk dapat memenuhi, menjamin dan melindungi hak-hak yang dimiliki oleh anak. 

Tujuan lainnya adalah memastikan bahwa sekolah mampu mengembangkan minat, bakat dan kemampuan anak serta mempersiapkan anak untuk bertanggung jawab kepada kehidupan yang toleran, saling menghormati, bekerjasama untuk kemajuan dan semangat perdamaian. 

Nantinya, sekolah diharapkan tidak hanya melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, namun juga melahirkan generasi yang cerdas secara emosional dan spiritual. 

Mengapa kebijakan Sekolah Ramah Anak ini dimunculkan? 

Menurut KemenPPPA, program ini lahir salah satunya adalah karena proses pendidikan di Indonesia yang masih menjadikan anak sebagai objek. Dalam hal ini, guru selalu berada di pihak yang selalu benar. Bullying oleh guru pun lebih mudah terjadi, baik di sekolah maupun madrasah. 

Ternyata, menurut data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun 2014-2015 terkait Kasus Kekerasan (kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran terhadap anak), sebanyak 10 persen di antaranya dilakukan oleh para guru. 

Bentuk-bentuk kekerasan yang banyak ditemukan adalah berupa pelecehan (bullying), dan juga bentuk-bentuk hukuman yang tidak mendidik bagi peserta didik. Sesuai dengan data KPAI pada tahun 2013, contohnya adalah mencubit (504 kasus), membentak dengan suara keras (357 kasus) dan menjewer (379 kasus). 

SRA mengurus juga JAJANAN sekolah 

Selain guru, yang jelas teman sekelas juga memiliki pontensi untuk melakukan bullying. Selain itu, terdapat pula kekhawatiran orangtua terhadap kasus keracunan pada anak sekolah, yang disebabkan oleh jajanan yang tercemar oleh zat- zat yang membahayakan. Juga kasus anak yang menjadi korban karena sarana prasarana yang tidak kokoh. Misalnya akibat bangunan yang tak layak, atau sudah rusak. Termasuk area bermain anak. 

Kita juga perlu berhati-hati, karena kekerasan pada anak juga rawan terjadi akibat 55 persen orangtua memberikan akses kepada anak terhadap kepemilikan ponsel dan internet. Selain itu, menurut data KPAI, sebanyak 63 persen orangtua menyatakan bahwa tidak melakukan pengawasan terhadap konten yang diakses oleh anak-anak (KPAI). 

Hal buruk lain terkait anak juga termasuk pengaruh teman-teman yang memengaruhi anak agar menjadi perokok atau pengguna napza. 

Enam Komponen penting Sekolah Ramah Anak
  1. Sejatinya, SRA tak bisa diwujudkan hanya dengan mengandalkan sekolah. Menurut KemenPPPA, penerapan Sekolah Ramah Anak (SRA) dilaksanakan dengan merujuk enam komponen penting, yaitu:
  2. Adanya komitmen tertulis yang dapat dianggap sebagai kebijakan tentang SRA oleh sekolah. Ini artinya, sekolah memang benar-benar akan menjalankan program ini sesuai dengan perencanaan pelaksanaan yang ditetapkan oleh sekolah itu sendiri.
  3. Pelaksanaan proses pembelajaran yang ramah anak di sekolah. Artinya anak bisa merasakan kenyamanan di lingkungan sekolahnya, seperti perlakuan dari guru dan teman-teman di sekitarnya.
  4. Adanya para pendidik dan tenaga kependidikan yang terlatih serta memahami hak-hak anak. Artinya pendidik memang memiliki kompetensi di bidangnya dan bisa memperlakukan anak sesuai hak yang si Anak miliki.
  5. Sarana dan prasarana di sekolah yang ramah anak. Ini artinya anak merasa nyaman terhadap fasilitas di sekolah yang ia gunakan. Anak tidak merasa takut atau terancam dari segi keselamatan.
  6. Partisipasi dari anak-anak sendiri dalam pelaksanaan program ini. Tentunya ini terkait dengan perilaku anak dalam bersosialisasi di sekolah, termasuk taat kepada tata tertib sekolah.
  7. Partisipasi dari orangtua sebagai pendidik utama, lembaga-lembaga masyarakat, dunia usaha untuk mendukung sekolah, dan bahkan para alumni sekolah. Kita selaku orangtua juga perlu memantau kegiatan anak di sekolah, dan juga perilakunya.
Program lain yang dicanangkan pemerintah terkait Sekolah Ramah Anak 

Pemerintah tentu tidak tinggal diam dalam mendorong program SRA ini. Bermacam upaya dan label dilekatkan oleh pemerintah dan berbagai pihak, pada sekolah-sekolah untuk menunjukkan bahwa sekolah tersebut memiliki program ramah anak. 

Contohnya adalah:
  1. Sekolah Adiwiyata (yang dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan)
  2. Sekolah/Madrasah Aman Bencana (BNPB)
  3. Sekolah Inklusif (Kemendikbud)
  4. Sekolah Anti Kekerasan (Kemendikbud)
  5. Children Friendly School (CSF) – UNICEF
  6. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) – Kemenkes
  7. Pangan Jajan Anak Sekolah (BPOM)
  8. Warung Kejujuran (KPK)
  9. Sekolah Bebas Napza (BNN)
  10. Pesantren Ramah Anak (Kemenag)
Beberapa indikator yang bisa kita lihat, apakah Sekolah Ramah Anak

Murid-muridnya memiliki sikap antikekerasan, sikap toleransi yang tinggi, setia kawan, peduli lingkungan, dan bangga terhadap sekolahnya.
  1. Anak bebas dari kekerasan fisik, seksual, maupun emosional (dengan mengata-ngatai anak dengan perkataan bodoh atau nakal, misalnya), baik dari guru maupun teman,
  2. Anak diperlakukan secara adil tanpa memandang SARA, sekolahnya menghargai keberagaman.
  3. Si Anak merasa aman dan nyaman dalam kegiatannya bersekolah, termasuk belajar di kelas yang rapi dan bersih, dan lingkungan sekolah yang tak membahayakan dan tertata baik.
  4. Anak senang mengikuti pelajaran dan tidak memiliki rasa takut, cemas, was-was, atau rendah diri dalam bersaing dengan teman lainnya. Anak tidak dipermalukan oleh guru saat prestasinya menurun.
  5. Anak terlibat dalam kepedulian terhadap lingkungannya. Antara lain dalam kegiatan kerja bakti di sekolah.
  6. Kita juga bisa bertanya kepada anak, makanan apa saja yang dijual di kantin sekolah? Berbahayakan bagi anak? Apakah sekolah menyediakan tempat duduk untuk pembeli?
  7. Anak tidak dilibatkan dalam urusan keuangan yang terkait dengan kewajiban orangtua, dan anak tidak menerima sindiran saat tidak memberikan sumbangan dalam kegiatan amal tertentu.
  8. Tata tertib sekolah transparan. Orang tua dan anak bisa mengakses dan memahaminya pada awal tahun pelajaran. Demikian pula dengan sanksi yang akan diberikan kepada anak jika melanggarnya.
Ditulis ulang oleh Adi Kuswanto, S.Pd
Diambil dari Sumber

20 Juni 2020

Belajar Sepanjang Hayat

Pendidikan adalah suatu proses untuk menuju pendewasaan, dimana untuk mewujudan pendidikan yang optimal diperlukan berbagai jenis pendidikan, tidak hanya terpancang pada pendidikan formal saja. Melainkan juga diperlukan pendidikan informal dan non formal. Karena sejatinya pendidikan itu merupakan suatu proses yang komplek dimana kesemuanya merupakan satu kesatuan.

Dewasa ini perwujudan masyarakat belajar belum ada peningkatan seperti yang diharapkan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang merata, yang melingkupi semua lapiasan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam upaya ini dibutuhkan pula campur tangan dari masyarakat itu sendiri. Karena tanpa kedasaran dan kerjasama masyarakat, perwujudan masyarakat belajar tidak akan tecapai. Karena pendidikan tidak hanya diperoleh dari sekolah, melainkan dari kesadaran masyarakat untuk belajar antara lain melalui membaca, mencari informasi di internet, pengalaman, dan lain-lain.

Penerapan belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar sangat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan peningkatan tersebut, harkat dan martabat masyarakat dapat terangkat dimata dunia. Oleh sebab itu perlu adanya kemerataan pendidikan yang tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga dapat terwujud dalam perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

Belajar Sepanjang Hayat

Pendidikan merupakan suatu upaya sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan

Beberapa pendapat pakar tentang pendidikan :
  1. Crow and crow mengartikan pendidikan sebagai proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
  2. John Dewey ( Pandangan pakar pendidikan dari Amerika) berpandangan bahwa pendidikan ialah satu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akal dan perasaan terhadap alam dan manusia
  3. Prof. Horne (tokoh pendidik di Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkum aspek jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akliah, perasaan dan kemauan manusia.
  4. Herbert Spencer, (ahli falsafah Inggris (820-903 M)), mengatakan bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
Pada hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat didalam suatu masyarakat dan individu didalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja tetapi lebih bersifat menyeluruh yaitu adanya pendidikan informal dan non formal yang sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak. Semua ini karena pada dasarnya pendidikan formal informal, dan non formal merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.

Hakikat belajar sepanjang hayat adalah belajar seumur hidup atau yang lebih dikenal dengan istilah life long education dan life long learning, bukan mendapat pendidikan seumur hidup. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karean itu, masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang baik, sebab pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.

Pendidikan seumur hidup disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia, dalam arti belajar tidak ada putus-putusnya. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya, dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49):
  1. Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat
  2. Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah
  3. Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level
  4. Menyambut baik perubahan
  5. Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.
Urgensi pendidikan sepanjang hayat (Drs. H, Rfuad. Ihsan 1996:44-45):
  1. Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.
  2. Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi.
  3. Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.
Dari uraikan di atas dapatlah ditarik bahwa belajar sepanjang hayat adalah belajar seumur hidup yang merupakan kebutuhan manusia dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan sepanjang hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah.

Ditulis ulang oleh Adi Kuswanto, S.Pd
Dari Sumber

17 Juni 2020

Guru Fokus Membangun Karakter Siswa

Guru adalah orangtua kedua bagi para siswa, setelah kedua orangtuanya di rumah. Maka sewajarnya guru mempunyai peranan besar dalam mentransfer ilmu dan memberi bekal ilmu kepada para siswanya.

Betapa pentingnya peran yang dimiliki, sehingga guru dinilai sebagai sosok berpendidikan yang diharapkan mampu mendidik anak bangsa untuk masa depan. Membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter Indonesia.

Guru tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja di sekolah, namun lebih dari itu. Guru diharapkan juga dapat menanamkan nilai-nilai positif pada siswa, karena guru merupakan role model bagi para siswanya.

Untuk mendukung hal ini, para guru seyogyanya mengokohkan karakter dirinya dalam membangun karakter para siswanya. Ada beberapa hal sederhana dapat dilakukan para guru dalam membangun karakter siswa.

1. Menjadi contoh bagi siswanya

Guru dipandang sebagai orang tua yang lebih dewasa oleh para siswanya. Hal itu artinya, siswa menilai guru sebagai contoh dalam bertindak dan berperilaku. Hal ini menuntut guru harus pandai dalam menjaga sikap dan perilaku guna memberikan contoh terbaik.

Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka guru akan lebih berhati-hati dalam bersikap, sehingga lebih bijak dari setiap tindakan yang akan diambil. Dari memberikan contoh, diharapkan murid bisa mengikuti sisi positif yang dimiliki guru.

2. Menjadi Apresiator

Sebagai guru hendaknya tidak hanya sekedar mementingkan nilai akademis, tetapi juga mengapresiasi usaha siswanya. Sebagai pengajar, menilai siswa dari segi akademis memang penting, namun juga perlu diingat bahwa menghargai kebaikan yang dilakukan siswa juga sangat perlu.
Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan mengapresiasi usaha siswa tanpa selalu membandingkan dengan nilai yang didapatkan. Misalnya dengan memberikan pujian bagi siswa datang awal, rajin mengerjakan tugas, atau bersikap baik selama di sekolah.
Dengan membiasakan hal kecil seperti itu, siswapun akan dapat mengapresiasi diri atas usaha yang telah dilakukannya. Sehingga, akan terbangun karakter yang terus mau belajar dan memperbaiki diri untuk lebih baik.

3. Mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran

Kalau sekadar materi pelajaran, mungkin semua bisa saja tahu karena tertulis dalam buku pelajaran. Tetapi bagaimana dengan nilai moral? Untuk itu ada baiknya dalam setiap pelajaran, guru juga menanamkan nilai moral yang bisa dijadikan bahan pelajaran hidup.
Misalnya, saat mengajarkan Matematika guru tidak hanya sekadar memberikan rumus dan cara pengerjaan kepada siswa. Tetapi juga bisa mengajarkan nilai kehidupan seperti dengan mengerjakan soal Matematika kita bisa belajar untuk bersabar dan berusaha untuk memecahkan suatu masalah dengan mengasah logika berpikir.
Nah, dengan begitu, nantinya ketika siswa menghadapi suatu masalah dalam hidupnya, dia bisa berpikir optimis bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya selama berusaha.
4. Bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan
Guru juga manusia, sehingga tidak luput dari suatu kesalahan meski tidak pernah berniat melakukan hal itu atau tanpa sengaja. Misalnya, suatu ketika guru datang terlambat, salah dalam mengoreksi jawaban siswa.
Untuk memberikan contoh yang baik, guru sebaiknya mau mengakui kesalahan yang dibuat sekecil apapun itu. Sehingga hal itu akan teringat dalam diri siswa untuk bersikap yang sama ketika melakukan kesalahan meski tidak disengaja.
Mungkin terkadang ada rasa gengsi, tetapi tetap harus dilakukan, karena itu bisa menjadi pelajaran yang baik pada siswa. Bahwa sebagai manusia kita harus berani jujur sama diri sendiri dan mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Dari situlah para siswa bisa belajar bagaimana cara untuk memperbaiki kesalahan dan berani bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya.
5. Mengajarkan sopan santun
Hal yang sering luput diajarkan di sekolah adalah bagaimana cara bersikap sopan santun. Mungkin terdengar sederhana, tetapi ini merupakan hal penting yang layak diajarkan kepada siswa untuk menjaga sikap dan mengetahui mana yang benar dan salah.
Tidak jarang guru menemui siswa yang bersikap tidak sopan hanya karena mereka tidak tahu bagaimana cara bersikap yang baik dan benar. Atau malah selama ini mereka mencontoh sikap negatif orang di sekitarnya. Sehingga mereka menganggap itu sebagai hal yang lumrah.
Ada baiknya, ketika ada siswa bersikap kurang baik atau kurang sopan, guru berperan untuk mengoreksi sikap tersebut. Jangan memarahi, tetapi cukup mengingatkan saja bahwa sikapnya itu kurang baik dan berikan alternatif tindakan lain yang lebih positif. Gunakan pendekatan yang halus namun mengena.
6. Memberi kesempatan siswa belajar menjadi pemimpin
Saat ini, mempunyai karakter memimpin merupakan hal yang krusial untuk dimiliki. Menyadari hal ini, ada baiknya guru juga bisa membantu siswa untuk melatih jiwa kepemimpinan mereka.
Cara sederhananya, bisa dengan membuat tugas kelompok dan memastikan setiap anggota mempunyai kesempatan sebagai ketua kelompok. Jadi, tidak hanya siswa itu-itu saja yang jadi ketua kelompok, tetapi semua bisa belajar jadi pemimpin.
Setelah melakukan aktivitas ini, guru bisa mengevaluasi hal positif yang bisa jadi pembelajaran siswa untuk memimpin lebih baik lagi. Berilah masukan yang memotivasi, jadi bagi siswa yang merasa kurang percaya diri bisa semangat untuk terus belajar lebih baik lagi.
7. Berbagi pengalaman inspiratif
Tidak ada salahnya, sesekali menceritakan pengalaman personal yang dimiliki guru untuk dibagikan kepada para siswa. Tidak harus cerita yang hebat untuk menginspirasi, sekecil apapun pengalaman yang diceritakan tetap bisa menjadi pembelajaran yang berguna untuk para siswa.
Dengan berbagi pengalaman, siswa jadi terinspirasi dan dapat belajar dari pengalaman guru. Sehingga mereka tidak menjadi generasi yang minder, namun generasi yang tetap melakukan kebaikan meskipun itu dinilai kecil. Karena yang terpenting adalah karakter keberanian itulah yang perlu ditanamkan guru kepada siswa.
Itulah hal-hal sederhana yang bisa dilakukan guru dalam membangun karakter pada siswa. Dengan cara sederhana ini, diharapkan bisa mendidik siswa tidak hanya pada kemampuan akademis saja tetapi juga pribadi yang positif, yang berkarakter Indonesia.
Ditulis ulang oleh Adi Kuswanto, S.Pd
dari Sumber

15 Juni 2020

PPDB Online Jalur Afirmasi, Zonasi, Prestasi dan Perpindahan Orangtua

Hari ini (Senin, 15 Juni 2020) dimulailah PPDB online jenjang SMP di kabupaten Sukoharjo, salah satunya di SMP Negeri 1 Weru. Setelah mendapatkan siswa dari jalur lingkungan, SMP Negeri 1 Weru membuka pendaftaran bagi semua lulusan SD/MI melalui jalur afirmasi, zonasi, prestasi dan perpindahan orang tua. Pendaftaran dilakukan secara online dan dapat dipantau di website http://ppdb-sukoharjo.net/ 

13 Juni 2020

Tetap Bugar di Tengah Pandemi Covid-19

Covid-19, wabah pendemi yang kini tengah melanda dunia membuat semua orang harus ektra waspada. Tidak sebatas menjaga kesehatan dan kebersihan, kita juga harus menjauhi kerumunan dan mengurangi kontak dengan orang lain alias Social Distancing.

Olahraga menjadi hal yang penting dan harus dilakukan masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Sebab aktivitas olahraga dapat meningkatkan kebugaran dan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat dipastikan bahwa imunitas menjadi kuat sebagai pertahanan melawan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Salah satu cara dalam menjaga kesehatan adalah dengan berolahraga, tak terkecuali olahraga bersepeda. 

Menggunakan sepeda sebagai pengganti penggunaan kendaaran umum memang dapat mencegah tertularnya Covid-19, karena kita tidak berada dalam kerumunan di kendaraan umum yang notabene nya ditumpangi banyak orang.

Bersepeda bisa menjadi pilihan kegiatan olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh Anda di masa pandemi Covid-19. Selain itu, bagi bersepeda juga bisa dijadikan alternatif bagi Anda yang selama ini menggunakan ojek daring untuk bepergian jarak dekat.

Namun, bersepeda selama masa pandemi Covid-19 sedikit berbeda dengan bersepeda dalam kondisi normal. Anda perlu memperhatikan sejumlah hal untuk menjaga agar tidak terpapar virus.

Hal-hal berikut yang perlu diperhatikan dalam bersepeda di masa pandemi covid-19

Persiapan sebelum bersepeda
  1. Perhatikan imbauan pemerintah dan daerah yang aman dari Covid-19.
  2. Jaga kebersihan sepeda, terutama bagian yang bersentuhan dengan tangan.
  3. Bersihkan diri dan cuci tangan dengan sabun.
  4. Hindari droplet dengan mengenakan pakaian berlengan panjang, sarung tangan, masker, kacamata, penutup kepala (bandana/cycling cap), membawa hand sanitizer dan handuk kecil.
  5. Pilih masker berbahan kain yang tidak terlalu rapat dan mengganggu pernapasan.
  6. Membawa botol minum yang tertutup dan alat makan sendiri
Saat bersepeda
  1. Utamakan bersepeda sendirian. Apabila berkelompok, atur dalam rombongan kecil 2-5 pesepeda.
  2. Pilih jalur yang menghindari keramaian dan daerah zona merah Covid-19.
  3. Jaga jarak depan-belakang antara sepeda dan kendaraan lain minimal 2 meter.
  4. Jaga jarak depan-belakang antar pesepeda minimal 4 meter. Semakin tinggi kecepatan bersepeda, jarak harus makin jauh (diusahakan lebih dari 20 meter).
  5. Jaga jarak dan waspada terhadap pengendara kendaraan lain.
  6. Patuhi rambu-rambu lalu lintas saat bersepeda.
Saat beristirahat
  1. Cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.
  2. Bersihkan tangan dan wajah dengan tisu atau handuk kecil.
  3. Selalu gunakan masker, kecuali saat makan dan minum.
  4. Hindari berbagi bekal dengan orang lain (botol minum, makanan).
  5. Istirahat secukupnya, tidak perlu terlalu lama.
Saat mengakhiri perjalanan di rumah
  1. Sebelum masuk rumah, lepaskan semua perlengkapan yang digunakan.
  2. Hindari kontak fisik dengan penghuni rumah dan menyentuh perabotan.
  3. Semprot helm, sepatu, dan kacamata dengan cairan desinfektan.
  4. Segera lepas pakaian, kaos kaki, sarung tangan, masker, penutup kepala, dan cuci tangan dengan deterjen.
  5. Segera bersihkan diri, mandi dan keramas.
  6. Istirahat dan pulihkan cairan yang hilang dari tubuh.
sumber

08 Juni 2020

Pembelajaran Jarak Jauh di masa Pandemi Covid-19

Dalam upaya menekan penyebaran Covid-19, SMP Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo dengan serius menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berbasis digital. Sistem PJJ ini diberlakukan sejak Kabupaten Sukoharjo di nyatakan sebagai Kasus Luar Biasa (KLB) Covid-19. Dalam  pelaksanaannya, konsep Pembelajaran Jarak Jauh berbasis digital di SMP Negeri 1 Weru disesuaikan dengan kondisi siswa saat ini, mengingat di kecamatan Weru termasuk salah satu daerah yang mengalami kesuitan dala mendapatkan sinyal Internet.

Kepala SMP Negeri 1 Weru, Sumarno, S.Pd., M.M menyampaikan, dirinya ikut turun langsung dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh dengan melakukan kontrol dalam metode pembelajaran berbasis daring ini. “Untuk menjamin keterlaksanaan PJJ, saya selaku Kepala Sekolah ikut masuk dalam grup belajar, baik di aplikasi Whatsapp (WA) maupun Facebook, sehingga bisa mengontrol langsung pelaksanaan PJJ,” 

Pembelajaran Jarak Jauh dilaksanakan dengan sistem diskusi terarah melalui aplikasi daring yang sudah dibuat oleh Wali Kelas . Khusus untuk kelas 9 yang akan menghadapi ujian sekolah (US), aplikasi daring sudah dibuat oleh guru mata pelajaran. Melalui metode ini, guru menggunakan metode Google class room, atau WA Grup, di mana siswa diajak untuk mengeksplorasi sumber belajar dari situs internet dengan sistem penilaian yang dapat dipantau secara langsung, interaktif, terukur, dan menyenangkan. Beberapa situs yang digunakan antara lain Kahoot, Quizzizz, dan Edmodo.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran jarak jauh berbasis digital untuk jenjang SMP tertuang dalam jadwal yang sudah terarah dengan menanamkan adab saat belajar di rumah, salah satunya memulai kegiatan belajar dengan berdoa terlebih dahulu.

Dalam Pembelajaran Jarak Jauh ini , peserta didik juga diajak untuk mengeksplorasi sumber belajar dari internet sebagai implementasi dari Pembelajaran Mandiri Teratur atau Self Regulated Learning. Sistem pembelajaran ini sudah diterapkan di SMP Negeri 1 Weru dengan membuat tingkatannya sesuai jenjang serta minat dan bakat. Tugas yang diberikan pada peserta didik antara lain membuat video tutorial atau membuat cerita bergambar melalui aplikasi.

Dengan keseriusan yang ditunjukkan para guru dan orang tua dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh berbasis digital, Kepala Sekolah mengaku bangga atas dedikasi para guru serta kerja sama dan komunikasi yang berjalan dengan baik dan lancar. “Saya sangat bangga dengan dedikasi para guru yang menyiapkan secara serius pembelajaran online”.  Sumarno juga melihat peran orang tua sangat besar, khususnya orang tua yang telah mendampingi dan ikut serta melaksanakan pembelajaran jarak jauh berbasis digital.



Sumber : Sumber

01 Juni 2020

HARI LAHIR PANCASILA 1 JUNI



Tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia. Seperti apa sejarah hari lahir Pancasila?

Lahirnya pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Sukarno pada 1 Juni 1945.

Sejarah hari lahir Pancasila, diambil dari rapat Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mengadakan sidang pertama dari 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara.

Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad atau Perwakilan Rakyat.

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada 1 Juni 1945, Sukarno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamakan Pancasila. Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota BPUPKI.

Selanjutnya BPUPKI membentuk panitia kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar (UUD) dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut. Lalu dibentuklah Panitia Sembilan terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Soekarno pada 1 Juni 1945 dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian Sukarno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Kemudian disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI.

Mantan Ketua BPUPKI Dr Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Sukarno tersebut berisi tentang Lahirnya Pancasila.

Sehingga tanggal 1 Juni resmi ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi menyampaikan keputusan ini melalui pidato pada peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Gedung Merdeka.

ditulis ulang oleh : Adi Kuswanto, S.Pd
diambil dari Sumber

20 Mei 2020

HARI PENDIDIKAN NASIONAL (HARDIKNAS)

KI HAJAR DEWANTARA
Tanggal 2 Mei selalu menjadi peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Pemerintah menetapkan 2 Mei sebagai Hardiknas karena bertepatan dengan tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Dilansir dari National Geographic, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Pahlawan Nasional yang dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia. Perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari perjuangan Ki Hajar Dewantara. Dirinya merupakan sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewantara merupakan pendiri dari Taman Siswa untuk penduduk pribumi mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang-orang bangsawan. Pada zaman penjajahan Belanda, pendidikan merupakan hal yang sangat langka, terpandang, dan tentunya dinilai mahal. Baca juga: Hardiknas 2020, Nadiem: Belajar Tidak Selalu Mudah, Ini Saatnya Mendengar Nurani Hanya orang-orang terpandang (bangsawan dan priyayi) serta orang asli Benlanda yang diperbolehkan mendapatkan pendidikan.

Semboyan pendidikan 
Dalam sistem pendidikan,  Ki Hajar Dewantoro selalu menerapkan tiga semboyan dalam bahasa Jawa, yaitu:
  • Ing ngarso sung tulodho (Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik)
  • Ing madyo mbangun karso (Di antara murid, guru harus menciptakan ide dan prakarsa)
  • Tut wuri handayani (Dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan serta arahan)

Sampai saat ini, semboyan tersebut sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan masyarakat Indonesia.

Hardiknas 2020

Meski bukan hari libur nasional, Hardiknas dirayakan secara luas di Indonesia. Salah satu perayaannya dengan upcara bendera di sekolah dan perguruan tinggi. Bahkan dari tingkat kecanatan hingga pusat, disertai dengan penyampaian pesan bertema pendidikan.

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hardiknas 2020 mengangkat tema “Belajar dari Covid-19”. Selain itu, pada tahun ini Kemendikbud juga mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2020 melalui surat Nomor 42518/MPK.A/TU/2020, pada 29 April 2020. Isi pedoman tersebut salah satunya, meniadakan penyelenggaraan upacara bendera yang biasanya dilakukan satuan pendidikan, kantor Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, serta perwakilan pemerintah Republik Indonesia di luar negeri sebagai bentuk pencegahan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

ditulis ulang oleh : Adi Kuswanto, S.Pd
dari Sumber

01 Mei 2020

Hari Buruh Tahun 2020

Tanpa parade demonstrasi, Hari Buruh Internasional 2020 di Indonesia diperingati dengan keprihatinan di tengah mewabahnya virus SARS-CoV-2.

Semua berawal dari akses dan mobilitas orang ke produk ekonomi terhenti demi meredam Corona yang semula merebak di Cina pada akhir 2019. Indonesia melaporkan kasus pertama Corona pada 2 Maret lalu.

Selama hampir dua bulan sejak kasus pertama dilaporkan, kondisi dunia usaha terpukul berat. Setidaknya lebih dari 2 juta buruh di Indonesia terkena dampak pandemi Corona. Sebagian besar buruh yang terkena dampak adalah industri tekstil. Saat ini 80 persen perusahaan tekstil dan produk tekstil menghentikan aktivitas produksi. Tanpa ada insentif, sekitar 70 persen perusahaan tekstil akan bangkrut. Rincian jumlah buruh yang terkena dampak pandemi: ada 375 ribu buruh mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK); 1,4 juta buruh dirumahkan; dan 314.833 buruh di sektor informal terkena dampak, kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto seperti dilansir Antara. 

Di luar itu masih ada buruh yang bekerja dengan risiko terpapar COVID-19. Ada sekitar 4 juta buruh yang tetap bekerja, karena perusahaannya mendaftarkan izin beroperasi saat daerah setempat memberlakukan pembatasan sosial skala besar (PSBB). Jumlah itu di luar perusahaan yang dikecualikan beroperasi saat PSBB. Total ada 22 daerah yang menerapkan PSBB di Indonesia. Apa yang dikhawatirkan terkait penularan Corona telah terjadi di Surabaya. 

Dua buruh pabrik rokok HM Sampoerna meninggal dengan COVID-19. Lebih dari 100 buruh di salah satu unit pabrik mereka menjalani tes swab. Kini mereka dikarantina. Sampoerna terpaksa menutup operasional pabrik di Rungkut demi meredam penularan dan mencegah munculnya kluster Corona baru di Jawa Timur. Kluster penularan COVID-19 skala pabrik juga terjadi di PT Pemi, pabrik komponen otomotif di Tangerang; PT Denso, pabrik AC di Bekasi; hingga PT Yamaha Music di Jakarta. Daerah tempat pabrik itu memberlakukan PSBB yang seharusnya ada pengetatan protokol kesehatan. Pabrik tersebut akhirnya ditutup sementara usai buruhnya tertular Corona. 

Tak dimungkiri situasi perekonomian global dan nasional telah menukik berimbas penyempitan lapangan pekerjaan. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memprediksi pada kuartal kedua 2020, ada 1,6 miliar pekerja sektor informal—hampir setengah angkatan kerja global—terancam kehilangan mata pencaharian saat pandemi karena pengurangan jam kerja perusahaan yang terimbas perpanjangan dan perluasan karantina. ILO memaparkan ada 436 juta usaha berisiko tinggi yang akan terganggu pandemi. Mereka terdiri atas 232 juta di sektor usaha eceran, 111 juta di manufaktur, 51 juta di akomodasi dan jasa makanan dan 42 juta di usaha properti dan kegiatan usaha lainnya.


02 Januari 2020

Daftar Guru Mata Pelajaran Tahun 2019/2020

Guru Agama Islam :
  1. Muhklisin, S.PdI
  2. Redes Sudani, S.PdI
  3. Jalaluddin Hinief, S.Pd
Guru Agama Kristen :
  1. Wiwik Tri Widyastuti, S.Pd
Guru PKn :
  1. Sitria Djafar, S.Pd
  2. Sri Mursini, S.Pd
Guru Bahasa Indonesia :
  1. Drs. Sukiman
  2. Sutarno, S.Pd
  3. Harnani, S.Pd
  4. Dra. Ramini
  5. Sumini, S.Pd
  6. Ferdian Achsani, S.Pd
Guru Matematika :
  1. Indriyono, S.Pd
  2. Sri Sunarna, S.Pd
  3. Haryadi
  4. Sitria Djafar, S.Pd
  5. Nanik Sri Sabarni, S.Pd
  6. Tri Suyati, S.Pd
  7. Atik Aprilian Saputri, S.Pd
  8. Maryana, S.Pd
Guru IPA :
  1. Yulianto, S.Pd
  2. Siti Margiyati, S.Pd
  3. Sri Hartati, S.Pd
  4. Jumadi, S.Pd
Guru Bahasa Inggris :
  1. Nawanta, S.Pd
  2. Masinah, S.Pd
  3. Dra. Endang Setyowati
  4. Erwianti, S.S
  5. Ruwi Cahyoningsih, S.Pd
Guru Bahasa Jawa :
  1. Tri Hasri Rahayu, S.Pd
  2. Sri Wahyuni, S.Pd
Guru Seni Budaya :
  1. Iwan Hartanti, S.Pd
  2. Asti Arnindi, S.Pd
Guru Olah Raga :
  1. Hariyanti, S.Pd
  2. Drs. Sri Widodo
  3. Wawan Dwi Hartanto, S.Pd
  4. Octama Alim Nugraha, S.Pd
Guru IPS :
  1. Ida Damayanti, S.Pd
  2. Suparmi, S.Pd
  3. Suripta, S.Pd
  4. Marya Setyowati, S.Pd
  5. Haningsih, S.E
  6. Sri Yuniati, S.Pd
Guru Bimbingan dan Konseling :
  1. Wiwik Tri Widyastuti, S.Pd
  2. Wahyu Subroto, S.P
  3. Adi Kuswanto, S.Pd

17 Agustus 2019

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj bin Said bin Awadh Martak di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Kata-kata dan deklarasi proklamasi tersebut harus menyeimbangkan kepentingan kepentingan internal Indonesia dan Jepang yang saling bertentangan pada saat itu. Proklamasi tersebut menandai dimulainya perlawanan diplomatik dan bersenjata dari Revolusi Nasional Indonesia, yang berperang melawan pasukan Belanda dan warga sipil pro-Belanda, hingga Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949. Pada tahun 2005, Belanda menyatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk menerima secara de facto tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia.  Namun, pada tanggal 14 September 2011, pengadilan Belanda memutuskan dalam kasus pembantaian Rawagede bahwa Belanda bertanggung jawab karena memiliki tugas untuk mempertahankan penduduknya, yang juga mengindikasikan bahwa daerah tersebut adalah bagian dari Hindia Timur Belanda, bertentangan dengan klaim Indonesia atas 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaannya. Dalam sebuah wawancara tahun 2013, sejarawan Indonesia Sukotjo, antara lain, meminta pemerintah Belanda untuk secara resmi mengakui tanggal kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui tanggal 27 Desember 1949 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia.

Naskah Proklamasi ditandatangani oleh Sukarno (yang menuliskan namanya sebagai "Soekarno" menggunakan ortografi Belanda) dan Mohammad Hatta, yang kemudian ditunjuk sebagai presiden dan wakil presiden berturut-turut sehari setelah proklamasi dibacakan.

Hari Kemerdekaan dijadikan sebagai hari libur nasional melalui keputusan pemerintah yang dikeluarkan pada 18 Juni 1946.

Latar Belakang

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI (Jepang: 独立準備調査会, Dokuritsu Junbi Chōsakai), berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Jepang: 独立準備委員会, Dokuritsu Junbi Iinkai), untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian Terauchi, pimpinan tertinggi Jepang di Asia Tenggara dan putra mantan Perdana Menteri Terauchi Masatake, menginginkan proklamasi diadakan pada 24 Agustus 1945.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.  Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jalan Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10:00 pagi tanggal 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No. 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10:00 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana terbakar gelora kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, mereka bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) serta Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Achmad Soebardjo melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa Hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10:00 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.


Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No. 1) diiringi oleh Shunkichiro Miyoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo serta disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Miyoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sayuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jalan Proklamasi no. 1).


Detik-detik pembacaan naskah proklamasi



Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan laksamana Tadashi Maeda Jalan Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Achmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B. M. Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Monumen Nasional.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan Mohammad Hatta terpilih atas usul dari Otto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

ISI TEKS PROKLAMASI

Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.

Adapun yang merumuskan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri dari Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno, dan Achmad Soebardjo.

Para pemuda yang berada di luar meminta supaya teks proklamasi bunyinya keras. Namun Jepang tak mengizinkan. Beberapa kata yang dituntut adalah "penyerahan", "dikasihkan", diserahkan", atau "merebut". Akhirnya yang dipilih adalah "pemindahan kekuasaan". Setelah dirumuskan dan dibacakan di rumah orang Jepang, isi proklamasi pun disiarkan di radio Jepang.

Berikut isi proklamasi tersebut:


Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17 - 8 - '05
Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah Proklamasi Klad ini ditinggal begitu saja dan bahkan sempat masuk ke tempat sampah di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. B.M. Diah menyelamatkan naskah bersejarah ini dari tempat sampah dan menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari, hingga diserahkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha pada 29 Mei 1992

Naskah Baru Setelah Mengalami Perubahan

Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang isinya adalah sebagai berikut:

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang merupakan kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang saat itu adalah sesuai dengan tahun penanggalan yang berlaku di Jepang, yang kala itu adalah "tahun 2605".)


Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut:

  • Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
  • Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
  • Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
  • Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
  • Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
  • Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isi naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
  • Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Penulis Adi Kuswanto, S.Pd
diambil dari Sumber