Selamat datang di Website SMP Negeri 1 Weru Sukoharjo, Sekolah Standar Nasional. VISI : Terwujudnya Lulusan Yang Berprofil Pelajar Pancasila, Cakap Dalam Literasi Dan Numerasi Serta Berwawasan Lingkungan.


23 Juni 2020

Memahami Karakteristik Peserta Didik

Mengenal Karakteristik peserta didik merupakan salah satu bagian dari beberapa tuntutan atas kemampuan pedagogi yang harus dikuasai Profesi Guru. Hal ini bertujuan untuk menemukan dan membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang baik di ruang kelas. Aspek-aspek apa saja, yang harus dipahami guru untuk mengenali potensi peserta didik. Dengan Hasil Kajian kepustakaan yang saya tulis ini, diharapkan dapat membantu guru memahami setiap aspek-aspek karakteristik tersebut.

Kompetensi Pedagogi merupakan bagian komponen utama dari empat standar kompetensi guru (Pedagogi, Profesional, Kepribadian, Sosial). Pedagogi adalah kajian pendidikan, secara etimologis berasal dari kata Yunani “paedos” yang berarti anak laki-laki dan “agogos” yang berarti mengantar, membimbing. Jadi pedagogi secara harfiah berarti membantu anak laki-laki. Dengan Kompetensi pedagogi ini akan menjadikan seorang ahli dalam membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu, atau istilah sekarang disebut pendidik, seperti yang di kemukakan Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda), bahwa; Pedagogi adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Pedagogi adalah ilmu pendidikan anak. adapula Andragogi adalah ilmu pendidikan orang dewasa.

Kompetensi pedagogi juga dijadikan syarat oleh pemerintah dalam menilai kemampuan dan kinerja guru  yang  terstandarisasi. Sesuai dengan Lampiran Permendiknas No. 16 Tahun 2007, Kompetensi Pedagogi dibagi menjadi sepuluh (10) Kompetensi Inti Guru (KI) yang harus dikuasai, kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa Kompetensi guru mata pelajaran (KD) , sehingga untuk Kompetensi utama pedagogi ini, semuanya terdapat 37 Kompetensi Guru Mata Pelajaran, yang salah satunya adalah guru harus mampu memahami karakteristik peserta didik, agar potensi peserta didik dapat diidentifikasi sehingga memudahkan guru dalam mencapai hasil dari tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Di sini terlihat jelas bahwasanya mengenali karakteristik dan potensi  peserta didik merupakan komponen pertama dalam kompetensi pedagogi, tetapi seringkali terlupakan oleh seorang pendidik. Memang tidak mudah untuk mengenali karakter dan potensi pada setiap peserta didik, tapi hal ini sangatlah mungkin.

Mengenal Karakteristik Peserta Didik

Membahas tentang kompetensi pedagogi dalam pendidikan selalu terkait dengan komponen yang melekat di dalamnya, seperti kurikulum,  pendidik, dan peserta didik. Ketiga komponen tersebut saling terkait satu dengan yang lain dalam membentuk sebuah proses pembelajaran yang efektif. Sebagai seorang pendidik, tugas kita tidak hanya wajib menguasai kurikulum dan tugas-tugas kependidikan tetapi hendaknya mengenali peserta didik atau anak didik kita terlebih karakteristik mereka. Karakteristik peserta didik yang perlu dikenal dan dipahami oleh para pendidik tidak hanya terbatas pada tipe kepribadian mereka saja, tetapi juga melingkupi kebutuhan  belajar, kemampuan mereka dalam belajar, potensi yang dimiliki, dan lingkungan yang ada di sekitar mereka.

Faktor-faktor ini secara tidak langsung membantu atau menghambat para peserta didik dalam menerima dan memproses informasi yang diterima dari pendidiknya. Dengan mengetahui faktor-faktor di atas, para pendidik dapat mengembangkan hal-hal positif yang ada di dalam diri peserta didik dan mengurangi/meminimalisir  hal-hal yang negatif yang dapat menghambat kompetensi yang ada di dalam dirinya. Selain itu,  pendidik juga dapat mengenali karakter dan potensi yang ada di dalam dirinya sendiri

Karakteristik Peserta Didik

Istilah karakter membuat banyak orang menyamakannya dengan kata sifat, watak, akhlak, atau tabiat. Kenyataannya tak selalu bisa dimaknai seperti itu. Kita perlu mempelajari pengertian karakter menurut para ahli agar memahami perbedaannya. Menurut Doni Kusuma,  karakter adalah ciri, karakteristik, gaya, atau sifat diri dari seseorang yang bersumber dari bentukan yang diterima dari lingkungannya.  Berdasarkan pendapat tersebut karakter peserta didik turut dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.  Beberapa ahli  mengatakan karakter  mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).   Dari pendapat para ahli tersebut dapat kita simpulkan bahwa karakter adalah ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari seseorang yang dalam hal ini adalah peserta didik.

Sebagai seorang pendidik  tentunya tidak hanya bertugas mengajar di kelas saja, akan tetapi mendidik dan juga melatih. Hal ini sangatlah tepat apabila dikaitkan dengan pembentukan karakter yang baik bagi para peserta didik. Seperti apa seorang pendidik mendidik, bagaimana mengajar, dan bagaimana melatih para peserta didik. Semua tantangan di atas berawal dari pendidik itu sendiri, bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,  misalnya dengan  memunculkan kesan pertama pendidik yang positif saat kegiatan belajar di kelas.  Pendidik sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta  didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosio-emosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio-sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental  atau perkembangan kognitifnya. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di  atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang  akan dilaksanakan.

Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. Seorang pendidik mempunyai peran multifungsi, sebagai konselor, dia mendidik dan membimbing peserta didiknya dengan benar, memotivasi dan memberi sugesti yang positif, serta memberikan solusi yang tepat dan tuntas  dalam menyelesaikan masalah peserta didik. Selain itu juga memperhatikan karakter dan kondisi kejiwaan peserta didiknya. Pendidik  juga bisa berperan sebagai seorang dokter yang memberikan terapi dan obat pada pasiennya sesuai dengan diagnosanya.

Perannya  sebagai seorang ulama, pendidik membimbing dan menuntun batin atau kejiwaan peserta didik, memberikan pencerahan yang menyejukkan dan menyelesaikan masalahnya dengan pendekatan agama yang hasilnya akan lebih baik. Mengenal dan memahami peserta didik dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dan menganalisa tutur kata (cara bicara),  sikap dan perilaku atau perbuatan anak didk, karena dari tiga aspek diatas setiap peserta didik mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya. Untuk itu seorang pendidik harus secara seksama dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik dalam setiap aktivitas pendidikan.

Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Proses pembelajaran setiap peserta didik berlangsung baik di sekolah maupun dalam lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam erkembangan  peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan Pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).

Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi guru maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada  anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam   proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, guru dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga guru dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.

Tidak kalah penting, guru juga harus mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi   perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal-bakal perkembangan kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh secara  tidak sesuai dengan semestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan maupun pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada perkembangan kognitif anak semakin besar.

Dari uraian di  atas jelaslah bahwa perkembangan kognitif peserta didik sangat  berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil yang dicapai.

Perkembangan Sosial-Emosional Peserta Didik

Selain perkembangan karakteristik fisik dan kognitif peserta didik, yang tidak kalah penting adalah perkembangan sosial-emosional peserta didik.  Sosio-emosional berasal dari kata sosial dan emosi. Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial.  Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral agama. Sedangkan emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi dibedakan menjadi dua, yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar. Emosi negatif sperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. Selain itu, dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa Latin  ‘movere’ yang berarti ‘menggerakkan, bergerak’. Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-‘ untuk memberi arti ‘bergerak menjauh’. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

Perkembangan sosio-emosional peserta didik termasuk suatu pembahasan yang sangat penting karena dengan mengetahui perkembangan sosio-emosional peserta didik, para pendidik dapat mengambil tindakan pada permasalahan peserta didik dengan berbagai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Sosio-emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Dalam pembahasan sosio-emosional ini lebih ditekankan dalam  sosio-emosional pada  remaja.  Pada masa remaja, tingkat karakteristik emosional akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai  pendidik. kita harus mengetahui setiap aspek  yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku dalam perkembangan remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut sehingga kita bisa melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan emosi remaja merupakan suatu titik yang mengarah pada proses dalam mencapai kedewasaan. Meskipun sikap kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri remaja karena pengaruh didikan orang tua.

Faktor yang sangat memengaruhi perkembangan peserta didik pada usia remaja yaitu didikan orang tua, lingkungan sekitar tempat tinggal dan perlakuan guru di sekolah. Pengaruh sosio-emosional yang baik pada remaja terhadap diri sendiri yaitu untuk mengendalikan diri, memutuskan segala sesuatu dengan baik, serta bisa lebih matang merencanakan segala hal yang akan diputuskannya, sedangkan terhadap orang lain, yaitu mampu menjalin kerjasama yang baik, saling menghargai dan mampu memposisikan diri di lingkungan dengan baik.

Agar seorang peserta didik dapat memiliki kecerdasan emosi dengan baik haruslah dibentuk sejak usia dini, karena pada saat itu sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia selanjutnya. Sebab pada usia ini dasar-dasar kepribadian anak telah terbentuk. Jelaslah sudah betapa pentingnya seorang pendidik memahami perkembangan sosio-emosional peserta didik, agar dalam proses pembelajaran perkembangan sosio-emosional peserta didik yang berbeda-beda dapat diatasi dengan baik.

Sekelumit tentang mengenal karakteristik peserta didik  diharapkan membantu guru dalam megtasai kesulitan  dalam mengembangkan pembelajaran  yang efektif  dan bermakna  di kelas.    Guru sepatutnya mendapatkan pemahaman  terhadap kompetensi pedagogi dan profesional dengan komposisi yang ideal merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa dilewatkan pada setiap pertemuan. Materi yang dipaparkan dalam artikel  ini diharapkan dapat menambah wawasan   guru dalam menentukan karakteristik, potensi, kesulitan belajar peserta didik    serta dapat merancang kegiatan  yang  dapat mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

Daftar Pustaka

A, Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Fauzi, Ahmad. (2011). Analisis Karakteristik Siswa.

Mardiya.(2009). Peranan Orang Tua dalam Pembentukan Karakter dan Tumbuh Kembang Anak.


Suhadianto.(2009). Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa Untuk Meningkatkan Prestasi

Ditulis ulang oleh Adi Kuswanto, S.Pd
diambil dari Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar